PAPPER
Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Satistik Pendidikan dan Komputer
Dosen pengampu : Prof. Dr. Budi Murtiyasa
Oleh :
AmungWiweko
NIM. Q. 100 120 086
1A
PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA (UMS)
2013
PENDAHULUAN
Perkembangan ICT berlangsung sangat cepat dan
semakin mudah diakses. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak
siswa belum terampil menggunakan
komputer dan internet. Di pihak lain, banyak pengajar belum mampu
mengintegrasikan ICT ke dalam pembelajaran karena berbagai mitos yang
dimilikinya. System pembelajaran menurut Johnson (2002) adalah pembelajaran
yang mengaitkan atara materi pelajaran dengan dengan situasi dunia nyata dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya. Hal
tersebut akan membantu siswa mengembangkan diri siswa secara optimal dan
memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan sehingga dapat mengakomodasi
pengetahuannya dari pengalaman yang dimilikinya.
Sebagaimana
pendapat dari Gagne media pembelajaran adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar. Media juga merupakan
bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.
Dengan demikian media merupakan alat menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi.
Proses
pembelajaran berbasis TIK leih ditujukan kepada upaya untuk memperjelas konsep
agar tidak terlalu verbalis, (2) mengatasi hambatan ruang, waktu , dan daya
indra, (3) mengatasi sikap pasif siswa agar menjadi lebih bergairah, (4)
melibatkan seluruh warga belajar, (5) mengkondisikan munculnya persamaan
persepsi dan pengalaman belajar siswa.
Karena keterampilan menggunakan IT merupakan
salah satu kriteria penting dalam mewujudkan pembelajaran seperti yang diatas,
maka pelajar sangat penting dibiasakan
menggunakan teknologi dalam aktivitas pembelajaran.
ISI MATERI
Menurut Lorain, ketika siswa secara aktif
terlibat dalam pembelajaran, mereka akan mengolah dan mempertahankan informasi dan menggunakan
pemikiran tingkat tinggi. Guru memberikan
penjelasan dan memperkuat belajar siswa, menjaga siswa tertarik dan pada tugas dan
membuat pembelajaran yang relevan dan menyenangkan. Ang dan Mohamed Amin (2011)
mencatat bahwa pengajaran yang menekankan keterlibatan aktif membantu siswa memproses dan menyimpan informasi. Hal ini menyebabkan
pertanyaan, pemikiran yang lebih dalam, dan masalah pemecahan. Keterlibatan strategi seperti pengulangan, trial and error membuat otak menjadi aktif dan konstruktif belajar. Kegiatan-kegiatan
tersebut dapat menyebabkan prestasi belajar siswa lebih tinggi.
Ada enam komponen instruksi eksplisit dalam
strategi keterlibatan aktif: (1) pengaturan panggung, (2) menjelaskan kepada siswa apa yang harus dilakukan, (3) model
apa yang harus dilakukan bagi siswa, (4) dibimbing
praktik, (5) independe npraktik, dan (6) penutupan/penilaian.
Daftar ini menampilkan perkembangan proses
pembelajaran dari
tahap awal yaitu memperkenalkan tujuan belajar sampai tahap akhir penilaian tujuan tercapai.Dalam pembelajaran ini, ICT ditentukan alat yang dimasukkan ke dalam komponen 5 (praktek mandiri), dimana peserta melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan sendiri, baik dalam kelompok, berpasangan, atau secara individu, berdasarkan sifat tugas.
tahap awal yaitu memperkenalkan tujuan belajar sampai tahap akhir penilaian tujuan tercapai.Dalam pembelajaran ini, ICT ditentukan alat yang dimasukkan ke dalam komponen 5 (praktek mandiri), dimana peserta melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan sendiri, baik dalam kelompok, berpasangan, atau secara individu, berdasarkan sifat tugas.
Seperti dibahas di atas, teknologi dikembangkan
secara efisien untuk memecahkan masalah yang timbul karena
kebutuhan manusia (Newhouse, 2002). Dengan kata lain, jika tidak
ada masalah yang harus diselesaikan, maka teknologi tidak akan dikembangkan dan
/ atau diadopsi. Menerapkan prinsip ini untuk
teknologi pendidikan akan berarti bahwa pendidik harus membuat dan mengadopsi teknologi yang menangani masalah pendidikan. Newhouse (2002) menegaskan
bahwa pendidik harus membuat dan mengadopsi teknologi yang
membahas masalah pendidikan dan / atau meningkatkan produktivitas. Selain itu,
menurut Trucano (2005), ada kepercayaan luas bahwa penggunaan TIK dapat dan
akan memberdayakan guru dan peserta didik, mengubah pengajaran dan proses
belajar dari yang sangat didominasi guru-menjadi yang berpusat pada siswa,
transformasi ini akan menghasilkan keuntungan peningkatan pembelajaran bagi siswa,
menciptakan dan memberikan peluang bagi peserta didik untuk mengembangkan
kreativitas mereka, kemampuan pemecahan masalah penalaran, informasi
keterampilan, kemampuan komunikasi.
ICT pada saat ini banyak diadopsi di berbagai bidang, termasuk
bidang pendidikan. Penggunaan ICT di bidang pendidikan diharapkan dapat
meningkatkan efektivitas dan kualitas proses belajar mengajar (PBM). Rofiq
(2006) mengatakan bahwa ICT menyediakan fasilitas yang cukup banyak dan jika
mampu mengeks-plorasinya, maka PBM yang diselenggarakan dapat berjalan lebih
menarik dan interaktif. PBM yang menarik dan interaktif dapat dijadikan pemicu
agar peserta didik mampu memahami materi perkuliahan yang disajikan secara
baik. Dalam berbagai kasus, pemahaman yang sedikit terhadap materi perkuliahan
disebabkan oleh penyajian yang kurang menarik dari dosen kare-na teknologi yang
digunakan masih konvensi-onal. ICT dapat membantu dosen dalam merancang materi
perkuliahan menjadi lebih hidup dan bermakna.
Cho dan Schmelzer (2000) memiliki
argu-men yang serupa yaitu metode pembelajaran berbasis ICT berpeluang mampu
membantu mahasiswa untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang
digunakan di industri pariwisata dan perhotelan (e-business, e-commerce, hotel information system, property management
system) serta mampu meningkatkan managerial
skill mahasiswa, termasuk didalam-nya cross culture understanding, international ettiquette dalam berkomunikasi di industri
pariwisata dan perhotelan. Melalui internet, mahasiswa dapat mengetahui budaya
dari negara-negara lain di dunia, etika pergaulan internasional dan cara
implementasinya di dalam berbisnis di industri pariwisata dan perhotelan.
Metode pembelajaran berbasis ICT
juga berpeluang dipakai pada mata kuliah Reception.
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Adnyani dan Rahmawati
(2007) menunjukkan bahwa Video
Teaching Techniques yang dikom-binasikan dengan role play dalam pembelajaran Reception efektif untuk
meningkatkan kemampuan penghayatan sikap profesi mahasiswa sebagai seorang
calon karyawan hotel yang profesional, misalnya selalu tersenyum dalam melayani
tamu, menggunakan postur tubuh yang baik, ekspresi wajah yang menyenangkan,
kemauan untuk menolong, kemampuan untuk berkoordinasi dan berkomunikasi secara
efektif. Proses pembel-ajaran dengan menggunakan Video Teaching Techniques yang dikombinasikan dengan role-play telah mampu
meningkatkan keterampilan mahasiswa berkomunikasi dalam bahasa Inggris baik
secara verbal maupun non-verbal. Mahasis-wa telah mampu
menangani check-in, check out, dan
handling special situation dengan
menggu-nakan bahasa Inggris yang lancar dan dengan pengucapan yang jelas.
A.
Peluang
dan manfaat pembelajaran berbasis ICT.
Lomine (2002) mengatakan bahwa ada
beberapa metode pembelajaran berbasis ICT untuk pelajar yang bisa diterapkan
misalnya:
1.
Conceptual learning:
membuat siswa menemukan dan
mempraktikkan teori baru dan model misalnya membuat peta konsep dan menjawab
soal latihan dan kemudian mengirimkan hasilnya kepada dosen melalui email.
2.
Collaborative learning: siswa dapat diajak berpartisipasi dalam diskusi online mengenai berbagai topik.
3.
Research and Analysis: siswa dapat ditugaskan untuk mencari data dan informasi tertentu
yang berkaitan dengan mata kuliah tertentu.
4.
Presentasi:
dosen dan mahasiswa dapat menggu-nakan teknologi untuk mencari video dan bahan
presentasi yang relevan dan kemudian berinovasi membuat bahan presentasi yang
interaktif dengan powerpoint.
Dalam proses belajar mengajar yang
memanfaatkan ICT, ada peluang-peluang yang dapat dirasakan para siswa ketika
mengikuti proses belajar mengajaR yaitu:
1.
IT Skill, dengan
pembelajaran berbasis ICT, keterampilan menggunakan IT siswa dapat meningkat.
2.
Innovation, dengan
pembelajaran berbasis ICT siswa mampu mencari informasi yang akurat dan mendownload video yang relevant
untuk pembelajaran mereka dan kemudian
menggunakan hasil searching di
internet untuk berinovasi membuat presentasi yang menarik dan dengan data dan
fakta yang aktual dan akurat.
3.
Flexibility, pembelajaran
berbasis ICT memberikan fleksibilitas kepada mahasiswa untuk membuat tugas
diluar ruang kelas dengan tempat dan waktu yang sesuai dengan kegiatan
mahasiswa.
4.
Support, dengan teknologi siswa merasa mendapat bantuan yang berarti untuk
proses pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dengan
teknologi, siswa dapat mempercepat dan memperlambat materi yang dipelajari dan
memahami keseluruhan modules dengan lebih tepat.
Selain
hal tersebut di atas, ada beberapa manfaat bisa di peroleh dengan memanfaatkan
ICT dalam pembelajaran yaitu :
1.
Siswa
akan bersemangat dalam mengikuti video yang dibuat dengan situasi seperti
benar-benar nyata.
2.
Siswa
dapat meningkatkan keterampilan hasil belajar dan meningkatkan manajerial skill siswa melalui praktik
nyata yang lebih interaktif di dalam laboratorium.
3.
Akan
terjadi pergeseran dari teacher
centered menuju student
centered dan selain mahasiswa bisa melihat penerapan ilmu yang
didapatkan secara langsung, mereka juga bisa mempraktikkannya dalam situasi
nyata.
4.
Akan
terjadi perubahan sikap dan peran guru atau dosen dari penceramah menggurui dan
guru atau dosen sebagai sumber otoritas
ilmu pengetahuan menuju perannya yang baru yaitu fasilitator dan mediator pembelajaran.
5.
Pola
evaluasi hasil belajar akan menjadi lebih komprehensif karena evaluasinya tidak
hanya melalui ujian tertulis akan tetapi juga evaluasi praktik. (Adnyani &
Rahmawati, 2007).
Manfaat
lain yang bisa diperoleh manfaat yang bis dengan menggunakan metode
pembelajaran berbasis ICT yaitu :
1.
Memungkinkan
interaksi siswa dalam online group
communication, sehingga diskusi menjadi lebih kaya informasi, argumentasi
dan kaya perspektif.
2.
Waktu
yang tidak dibatasi hanya di dalam kelas.
3.
Tempat
yang tidak di batasi hanya di dalam kelas.
4.
Ide yang
lebih jelas dan informasi yang lebih aktual dan akurat.
5.
Computer mediated environments enable, yaitu
dapat mudah di akses, dapat mudah dicari dalam database, dapat
mudah bertukar informasi.
B.
Tantangan yang dihadapi dalam penerapan pembelajaran
berbasis ICT.
Manfaat
pembelajaran dan peluang penggunaan pembelajaran berbasis ICT telah dipaparkan
di atas, namun ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam menggunakan
pembelajaran berbasis ICT dalam pembelajaran. Lomine (2002) menemukan tiga
tantangan yang dihadapi dalam menggunakan metode pembela-jaran berbasis ICT
dalam perkuliahan yaitu :
1.
Technological problems, yaitu dalam proses pembelajaran sering terjadi masalah dalam
penggunaan teknologi, banyak dosen atau guru kurang paham tentang teknologi
dalam komputer, jumlah LCD yang terbatas, layar LCD yang warnanya tidak sesuai
asli, speaker yang tidak
di deteksi komputer, dan masalah-masalah kecil lainnya yang tidak terlalu
penting tetapi menghabiskan banyak waktu.
2.
Pedagogical problem, yaitu mendesign presentasi yang informasinya aktual, akurat, relevan
dengan mata kuliah yang diajar serta menarik bagi mahasiswa adalah tantangan
terberat bagi dosen atau guru. Karena memerlukan waktu dan tenaga yang banyak
untuk mempersiapkan bahan presentasi selain itu banyak dosen yang masih gagap
teknologi.
3.
Practical problem,
yaitu terkadang terdapat masalah pada saat praktik yang diluar sepengetahuan
dosen atau guru pengajar sehingga memerlukan teknisi yang selalu harus siap
sedia membantu kelancaran pembelajaran.
Untuk
kelancaran proses pembelajaran berbasis ICT diperlukan tiga syarat umum yaitu:
1.
Kegiatan
pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan LAN, MAN ataupun WAN yang
tentu saja berbasis internet.
2.
Tersedianya
dukungan layanan atau materi belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta
belajar, bisa saja berupa softcopy,
hardcopy atau cd room.
3.
Tersedianya
dukungan layanan konsultasi yang dapat membantu peserta belajar apabila
meng-alami kesulitan.
Di samping ketiga persyaratan tersebut di
atas, untuk mendukung efektifitas pembelajaran berbasis ICT diperlukan dukungan
lembaga yang menyelenggarakan kegiatan e-learning,
sikap positif dari peserta didik dan tenaga pendidik terhadap
teknologi komputer dan internet, rancangan sistem pembelajaran yang dapat
dipelajari/diketahui oleh setiap peserta belajar, sistem evaluasi terhadap
kemaju-an atau perkembangan belajar peserta belajar, dan mekanisme umpan balik
yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.
Selain
tantangan di atas, kurangnya kemampuan dosen untuk memanfaatkan fasilitas ICT
yang tersedia menyebabkan pengajar terjebak pada pemakaian komputer dalam
pengajaran dengan cara yang salah. Teknologi komputer hanya merupakan alat
bantu pendidikan yang bila salah penggunaannya akan menjebak pemakainya hanya
sebagai pengganti papan tulis, sehingga menghilangkan banyak nilai dalam
pengajaran, seperti kehilangan kesempatan untuk melakukan eksplorasi dan
pertualangan dalam ilmu anak, kehilangan roh pengajaran yaitu interaksi yang
menyangkut hubungan anak dengan guru dan materi yang menyangkut aspek etika dan
estetika dalam pembelajaran.
Berbagai
hambatan dan tantangan yang dihadapi pengajar dalam mengimplementasikan pembelajaran
berbasis ICT dalam pembelajaran
sebaiknya tidak menyurutkan keinginan pengajar untuk tetap
menggunakannya mengingat manfaatnya yang sangat besar bagi pelajar. Di tengah
kurangnya fasilitas pendukung baik sarana dan prasarana ICT untuk pendidikan, hendaknya
pengajar bisa kreatif memanfaatkan fasilitas gratis yang tersedia di internet.
Media
Electronic Learning tidak
harus dikembangkan secara mahal, akan tetapi dapat memanfaatkan fasilitas
gratis dunia maya yang ada. Dalam proses belajar mengajar dengan memanfaatkan
media belajar maya dengan biaya super murah alias gratis karena poin utama dari
metode pembelajaran berbasis ICT adalah sikap positif dari pengajar dan
mahasiswa terhadap teknologi komputer dan internet, rancangan sistem
pembelajaran yang dapat dipelajari atau diketahui oleh setiap mahasiswa, sistem
evaluasi terhadap kemajuan atau perkembangan belajar mahasiswa, dan mekanisme
umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.
KESIMPULAN
Pembelajaran
berbasis ICT membantu pengajar dan siswa beradaptasi dengan perkembangan
teknologi. Pembelajaran berbasis ICT mampu meningkatkan managerial skill siswa. Empat manfaat yang dirasakan
siswa ketika mengikuti pembelajaran berbasis ICT yaitu: IT
Skill, Innovation, Flexibility,
dan Support.
Beberapa
tantangan dalam mengimplemen-tasikan pembelajaran berbasis ICT dalam
pembelajaran yaitu kurangnya kemampuan pengajar dan siswa, kurangnya fasilitas
pendukung, kurangnya dukungan teknis dan dukungan finansial. Namun, tantangan
tersebut dapat diminimalisasi dengan memanfaatkan fasilitas gratis di dunia
internet. Mengingat manfaatnya yang sangat besar bagi peningkatan kualitas
siswa. Hendaknya tetap berusaha untuk mengimplementasikan pembelajaran berbasis
ICT dalam pembelajaran.
DAFTAR
RUJUKAN
Achmad, S. S. 2010. Tantangan Dosen dan Guru di Era
ICT di Riau. (online),
(http://saidsuhilachmad.yolasite.com/resources/Tantangan%20Dosen%20dan%20Guru%20dalam%20ICT.pdf,
diakses 12 Mei 2013).
Adnyani, S., & Rahmawati, P. I.
2007. Implementasi Video Teaching Technique yang Dikombinasikan dengan Role
Play dalam Pembelajaran Reception untuk Meningkatkan Sikap Profesi
dan Keterampilan Bahasa Inggris Mahasiswa Jurusan D3 Bahasa Inggris IKIP Negeri
Singaraja, Bali. Jurnal Pancaran Pendidikan Universitas Jember, 20(66):
Bingimlas, K. A. 2009. Barriers to
the Successful Integration of ICT in Teaching and Learning Environment. Eurasia
Journal of Mathematics, Science, and technology education. (Online),
5(3):235-245, (http://www.ejmste.com/v5n3/EURA SIA_v5n3_ Bingimlas.pdf, diakses
pada 13 Mei 2013).
Cho, W., &
Schmelzer, C. D. 2000. Just in Time Education: Tools for Hospitality Managers
of the Futures? International Journal of Contemporary Hospitality Management,
12(1): 31-36. Christou, E., & Sigala, M. 2000. Exploiting Multimedia for
Effective Hospitality Education, EuroCHRIE Spring Conference Proceedings.
Ireland:
Dublin Institute of
Technology, 18-20 May 2000. Harassim, L. 2000. Shift Happens: Online
Education as a New Paradigm in Learning. The Internet and Higher Education 3,
1(2): 41-61. Januraga, A., Sudiara, I P., Sugianyar, W. 1994. Pembinaan
Sikap Profesi.
Denpasar: STP Bali.
Kasavana, M., David, J. S., & Grabski, S. 1996. The Produktivity Paradox
of Hotel Industry Technology. Cornell Hotel and Restaurant Administration
Quarterly. Aprl 1996, 37 (2): 64-70.
Keen, P. G. W.1991. Shaping
the Future: Business Design through Information Technolog. Boston: Harvard
Business School Press. Kotler,
P., Bowen, J. T.,
& Makens. J. C. 2006. Marketing for Hospitality and Tourism, 4th Edition. USA: Pearson Education International.
Lomine, L. L. 2002.
Online Learning and Teaching in Hospitality, Leisure, Sport and Tourism:
Myths, Opportunities and Challenges. Journal of Hospitality, Leisure, Sport
and Tourism Education, 1(1): 43-49.
Palmer, J. 1997. The
Use of Technology in Hotel Marketing. Journal of Vacation Market-ing, 3(2):
164-169.
Prabantoro, &
Hidayat. 2009. Pemanfaatan Fasilitas Gratis di Dunia Maya untuk Pengembangan
Media E-learning Murah. (Online), (http://journal.uii.ac.id/index.php
/Snati/article/viewFile/1299/1058, diakses 13 Mei 2013.
Rofiq, A. 2006. Pengenalan
Berbagai Perangkat ICT dan Internet, (Online), (http://
www.rofiq.web.id/files/pelatihanICT.pdf, diakses 10 Mei 2013).
Sigala, M. 2001. Re-engineering
Tourism Education through Internet: from Virtual Classes into Virtual
Communities. Tourism Society Conference in Tourism Education. Guildford:
University of Surrey.
Sigala,
M. 2002. The Evolution of Internet Pedagogy: Benefits for Tourism and
Hospitality Education. Journal of Hospitality, Leisure, Sport and Tourism
Education, 1(2): 29-45.