Senin, 05 Mei 2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCIPTA LAGU MELALUI METODE PERMAINAN SENSASI PADA PESERTA DIDIK KELAS XI BAHASA SMA N 2 SUKOHARJO


PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCIPTA LAGU
MELALUI METODE PERMAINAN SENSASI
PADA PESERTA DIDIK KELAS XI BAHASA SMA N 2 SUKOHARJO
SEMESTER  2 TAHUN PELAJARAN 2012/2013



Amung Wiweko *)
Subiantoro **)
Seni Budaya (Seni Musik)




Abstrak : Masalah yang diangkat pada penelitian ini  rendahnya hasil belajar seni budaya peserta didik kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012-2013. Pembelajaran mengalami hambatan karena peserta didik kurang tertarik dan kurang berani mengeluarkan ide atau gagasan dalam berkarya cipta lagu. Hambatan yang lain adalah guru masih menggunakan metode ceramah. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan metode permainan sensasi dengan media kartu, bola tenis, dan alat music. Hasil belajar siklus I rata-rata 63,43 dan siklus ii memperoleh rata-rata 81,50. Jadi ada peningkatan 18,07 atau 28, 48%.

Kata kunci: kompetensi mencipta lagu, metode permainan sensasi, media kartu, bola tenis, dan alat music.
Abstrac: The issues raised in the study of art and culture to low learning outcomes of students in class XI SMA N 2 Sukoharjo Language Academic Year 2012-2013. Experiencing barriers to learning because students are less interested and less brave out the work or ideas of song. Another obstacle is that teachers still use the lecture method. To overcome this, the method is used with a media card game sensation, tennis balls, and music equipment. I learned the results of the average cycle and cycle ii gained 63.43 average 81.50. So there is an increase in 18.07 or 28, 48%.
Keywords: competence creating songs, game sensation methods, media cards, tennis balls, and music equipment.


* guru seni budaya
** pembimbing dari LPMP

PENDAHULUAN
Mencipta lagu tidak hanya bermanfaat pada pembelajaran di sekolah, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Melalui mencipta lagu, peserta didik tidak hanya mampu mengembangkan kemampuan komunikasi secara tulisan tetapi juga melatih kepekaan sosial yang tinggi. Melalui mencipta lagu jugalah paserta didik dapat mengungkapkan perasaan dalam wujud ekspresi estetis yang berhubungan dengan rasa yaitu senang, kagum, rasa sedih, rasa resah, rasa kasih sayang dan cinta.
Berdasarkan pada kompetensi mengembangkan gagasan kreatif serta merancang karya musik non tradisional, yang khususnya dalam merancang itu didalamnya yaitu mencipta lagu. Mencipta lagu tersebut materi yang ingin di capai oleh peneliti. Indikator tersebut digunakan sebagai tolak ukur kemampuan peserta didik. Pada kompetensi dasar di atas terdapat tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik. Kompetensi dasar tersebut akan dapat tercapai dengan baik apabila peserta didik telah memenuhi indikator-indikator yang harus dicapai antara lain meliputi, (1) mampu mendiskripsikan tehnik merancang karya musik non tradisional, (2) mampu menjelaskan prosedur dan materi yang digunakan, dan (3) mampu mendemontrasikan bernyanyi dan bermain alat musik lagu dari hasil kreasi secara perorangan atau kelompok.
Berdasarkan hasil observasi awal peserta didik di SMA N 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2012/2013 penulis menghadapi hambatan pembelajaran. Kenyataan ini dapat dilihat bahwa kreativitas peserta didik terhadap pembelajaran berkreasi khusunya mencipta lagu semakin kurang. Dalam hal ini peneliti tertarik untuk mengaji pembelajaran berkreasi mencipta lagu karena kompetensi mengembangkan gagasan kreatif serta merancang karya musik non tradisional peserta didik masih rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti memberikan solusi dengan menggunakan model pembelajaran permainan sensasi dengan media kartu, bola tenis, dan alat music.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah proses pembelajaran , ( 2) bagaimanakah hasil belajar, melalui metode permainan sensasi dengan media kartu, bola tenis, dan alat msuik pada peserta didik kelas XI  Bahasa SMA N 2 Sukoharjo semester 2tahun ajaran 2012/1013. Tujuan penelitian ini (1) mendiskripsikan proses pembelajara, (2) mendiskripsikan hasil belajar  melalui metode permainan sensasi dengan media kartu, bola tenis, dan alat musik pada peserta didik kelas XI  Bahasa SMA N 2 Sukoharjo semester 2 tahun ajaran 2012/1013.

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik penelitian ini yaitu penelitian yang meningkatkan keterampilan mencipta lagu yang akan dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian. Husodo (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “PENINGKATAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK MELALUI PERMAINAN CIPTA LAGU DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI SMP NASIMA SEMARANG” mengkaji Teknik permainan cipta lagu sebagai upaya untuk meningkatkan kreativitas peserta didik dalam mencipta lagu, metode permaianan diterapkan pada anak usia sekolah menengah atas.Ekan (2009)  dalam penelitiannya berjudul “Implementasi strategi pembelajaran ‘regu safari picu sensasi’ untuk meningkatkan perhatian dan keberanian berpendapat siswa dalam pembelajaran IPS terpadu di kelas VIII F SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun pelajaran 2009”.
Berdasar kajian pustaka tersebut, penelitian pada kompetensi dasar mencipta lagu  dengan metode permainan sensasi media kartu, bola tenis dan alat music belum pernah dilakukan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk menggunakanmetode permainan sensasi media kartu, bola tenis dan alat musicpada peserta didik kelas XI  Bahasa SMA N 2 Sukoharjo semester 2 tahun ajaran 2012/1013.
Landasan teori yang digunakan dlam penelitian ini antara lain: hal-hal khusus yang perlu diperhatikan dalam mencipta lagu, hal-hal umum yang perlu diperhatikan dalam mencipta lagu, permainan sensasi, media kartu, bola tenis, dan alat music, proses belajar, hasil belajar, kompetensi mencipta lagu.Kartono (2007: 184) menjelaskan cara membuat sebuah karya seni musik yang baik harus memperhatikan beberapa faktor, tahapan, dan teknik    dalam berkarya musik. Dalam Sukarman, (2004:24)  cara membangkitkan minat peserta didik antara lain gunakan berbagaimetode pembelajaran seperti diskusi, kerja kelompok, demontrasi, kegiatandiluar kelas, permainan, kuis dsb.
Bentuk permainanya adalah (1) dengan membagikan kartu cipta lagu secara acak ke seluruh peserta didik, peserta didik berkumpul menurut warna dan diberi satu bola tenis. (2) Dalam setiap warna ada perintah yang harus dikerjakan yaitu membuat atau menentukan tema lagu.(3) teknik mengerjakan secara kelompok, peserta didik yang mendapat bola terlebih dahulu menyebutkan syair atau melodinya kemudian baru ditulis kemudian bola dilempar ke teman; (4) teman yang lain harus siap karena pemegang bola boleh bebas memilih melempar siapa saja dalam kelompoknya, peserta didik yang mendapat bola melanjutkan syair dari temannya tadi yang harus ada hubungannya dengan syair sebelumnya; (5) Guru meramu ide dari peserta didik baik dari segi motif, melodi dan syair; (6) Guru mencoba hasil ide dari peserta didik yang telah diramu; (7) Apabila sudah harmonis proses pembuatan lagu bisa dilanjutkan kebait berikutnya.(8) Agar variatif  kartu dikocok lagi untuk membuat kelompok yang baru.
Permainan merupakan kegiatan yang menyenangkan hati dengan menggunakan alat atau tidak. Pada dasarnya manusia senang dengan segala bentuk permainan, ini dibuktikan ketika masih balita (bawah lima tahun) segala aktivitas, segala sesuatu adalah permainan. Maka permainan adalah metode yang menarik untuk mencapai tujuan.
Cipta lagu adalah proses terbentuknya lagu baru. Lagu tersebut dapat dinikmati oleh orang lain baik secara subyektif maupun obyektif. Menciptakan suatu lagu merupakan profesi seorang composser sebagai perwujudan aktivitas batinya agar karya tersebut dapat diapresiasi oleh orang lain. Oleh karena itu menciptakan sebuah lagu baru adalah tidak mudah bagi peserta didik, karena ada beberapa kompetensi yang harus dimilikioleh peserta didik. Kompetensi tersebut antara lain meliputi kemampuan membuat syair, kemampuan membuat motif, kemampuan membuat melodi dan kemampuan menyusun secara harmonis.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan mencipta lagu dengan metode permainan sensasi dan media bola tenis, kartu, dan alat musikpada peserta didik kelas XI  Bahasa SMA N 2 Sukoharjo semester 2 tahun ajaran 2012/1013.

METODE PENELITIAN
          Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, siklus I dan siklus II. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Sukoharjo semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan pembelajaran metode permainan sensasi dengan media kartu, bola tenis, dan alat musik dan peningkatan kompetensi kemampuan mencipta lagu. Pengambilan data dilakukan dengan tes dan nontes. Alat pengambilan data tes dengan menggunakan tes praktek di akhir pembelajaran. Data nontes dengan menggunakan jurnal harian guru, jurnal harian peserta didik, observasi cheklist, wawancara, dokumentasi foto. Teknik analisis menggunakan teknik kuantitatif dan kualitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

            Hasil penelitian penerapan pembelajaran metode permaianan sensasi dengan media kartu, bola tenis, dan alat musik ini mendiskripsikan mengenai proses belajar dan hasil belajar.
            Pendeskripsian proses belajar diuraikan dari aspek kemampuan peningkatan mencipta lagu peserta didik terhadap kompetensi dasar mengembangkan gagasan kreatif merancang music nontradisional, perhatian peserta didik terhadap penjelasan guru, keaktifan, dan kerjasama peserta didik dalam proses mencipta lagu. Proses belajar ini dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II menyebabkan proses pembelajaran kompetensi dasar mencipta lagu berlangsung dengan lancar dan mengalami peningkatan.
Tabel 1. Hasil Belajar Kompetensi Dasar Mencipta lagu Siklus I
No
Kategori
Interval
F
Bobot Skor
Persen
tase (%)
Nilai
Rata-Rata
Ketunta
San
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
85 – 100
75 – 84
60 – 74
0  – 59
  0
7
10
 4
0
491,5
653,9
187,4
0
33,33
47,61
19,04
(1.332,8/21) = 63,46
Kategori Cukup
7/21X
100%
= 33,33%
Jumlah
21
1.332.8
100
63,46
33,33
Sumber: Data Olahan Peneliti

Pada siklus I, nilai rata-rata peserta didik sebesar 63,43 dan berada dalam kategori cukup. Sedangkan ketuntasan belajar peserta didik sebanyak 33,33%. Nilai rata-rata dan ketuntasan belajar pada siklus I belum mencapai batas ketuntasan yang telah ditetapkan oleh peneliti sehingga dilakukan siklus II.

Tabel 2. Hasil Belajar Kompetensi Dasar Mencipta lagu Siklus II
No
Kategori
Interval
F
Bobot Skor
Persen
tase (%)
Nilai Rata-Rata
Ketuntasan
1.
2.
3.
4.
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
85 – 100
75 – 84
60 – 74
0 – 59
4
17
0
0
372.95
1285
0
0
19,04
80,95
0
  0
(1657,95/21)= 78,95
(Kategori Baik)
21/21X100
= 83,33%
Jumlah
21
1657,9
100
78,95
100
Sumber: Data Olahan Peneliti
Setelah dilakukan tindakan siklus II, nilai rata-rata peserta didik mengalami kenaikan sebesar 15,52 atau 24,47% menjadi sebesar 81,50 dan berada dalam kategori baik. Sedangkan ketuntasan belajar peserta didik sebanyak 100%. Peningkatan nilai rata-rata dan ketuntasan belajar tersebut membuktikan keberhasilan pembelajaran kompetensi dasar mencipta lagu melalui pembelajaran metode permainan sensasi dengan media kartu, bola tenis, dan alat musik. Peningkatan tersebut dikarenakan telah dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, penambahan waktu tes, dan perbaikan pada kesempatan mengeluarkan ide atau gagasan dari konsentrasi mengemukakan kata menjadi mengemkakan kalimat dalam pembentukan syair lagu.

Pembahasan
Tabel 1. Peningkatan Proses Belajar Kompetensi Dasar Mencipta lagu Melalui Pembelajaran  Dengan Metode Permainan Sensai Siklus I dan Siklus II
No
Aspek Penilaian
Proses Belajar
Siklus I
Siklus II
Kenaikan Siklus I - II
Ya (%)
Tdk (%)
Ya (%)
Tdk (%)
Ya
(%)
1.
Ketertarikan peserta didik terhadap kompetensi dasar mencipta lagu
61,90
38,09
95,23
4,76
33,33
2.
Perhatian peserta didik terhadap penjelasan guru
42,85
57,14
90,47
9,5
47,15
3.
Keaktifan peserta didik dalam proses diskusi
47,61
52,38
85,71
14,28
38,1
4.
Kerjasama peserta didik dalam proses diskusi
71,42
28,57
85,71
14,28
14,29
Sumber:  Data Olahan Peneliti
            Tabel 1 diatas memaparkan mengenai peningkatan proses pembelajaran pada sikus I dan siklus II dengan bebarapa aspek penilaian. Salah satu aspek penilaian tersebut adalah ketertarikan peserta didik terhadap kompetensi dasar mencipta lagu. Berdasarkan hasil observasi chek list pada siklus I, peserta didik yang tertarik pada kompetensi dasar mencipta lagu hanya 61,90%, pada siklus II mengalami kenaikan 33,33%. Sehingga peserta didik yang tertarik pada kompetensi dasar mencipta lagu menjadi 95,23%. Kenaikan pada siklus II tersebut dikarenakan adanya perubahan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus II.
            Mencipta lagu pada siklus I dan siklus II sama-sama dilakukan pada tahap inti pembelajaran, yaitu tahap elaborasi. Berdasarkan catatan harian guru, proses mencipta lagu pada siklus I tidak berjalan sesuai dengan harapan peneliti. Situasi diskusi “pasif”. Sebagian besar peserta didik tidak konsentrasi ketika mencipta lagu sewaktu gilirannya mendapatkan bola. Peserta didik hanya menyalin kalimat demi kalimat yang sering didinyanyikan atau didengar pada lagu yang sudah ada. Kondisi seperti ini sama ketika mendemontrasikan hasil karya cipta lagu, situasi berkarya musik menjadi tidak “hidup”. Peserta didik yang diberi tugas untuk mendengarkan hasil demontrasicipta lagu masih pada sibuk sendiri mempersiapkan karya lagunya masing-masing. Berdasarkan observasi chek list, pada siklus I hanya 47,61% yang aktif mengeluarkan ide dan pendapatnya dalam mencipta lagu. Sedangkan 53,38% tidak aktif dalam mencipta lagu maupun mendemontrasikan hasil karya cipta lagu. Saat siklus II, sebelum mencipta lagu dan mendemontrasikan hasil karya cipta lagu di mulai, guru mengingatkan peserta didik untuk aktif. Guru pun melarang peserta didik menyalin lagu yang sudah ada atau sudah mendengarnya dalam mencipta lagu. Perbaikan tindakan pada siklus II ini menyebabkan peningkatan proses belajar pada aspek penilaian keaktifan peserta didik dalam proses diskusi. Peserta didik yang aktif dalam proses mencipta lagu siklus II sebesar 85,71%. Berarti mengalami kenaikan 38,1% dibandingkan siklus I yang hanya 47,61%.
            Proses pembelajaran pada aspek penilaian kerjasama peserta didik dalam proses mencipta lagu siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. peserta didik yang bekerjasama dalam proses diskusi siklus I hanya 71,42%, pada siklus II meningkat menjadi 85,71%. Berarti mengalami peningkatan sebesar 14,29%. Peningkatan ini disebabkan ada perbaikan yang dilakukan peneliti pada siklus II. Pada siklus II, guru terus mengingatkan peserta didik untuk tidak bersikap individualis. Dengan kata lain, peserta didik harus bekerjasama dengan peserta didik lain yang berada dalam satu kelompok ketika mencipta lagu
Tabel 2. Peningkatan Hasil Belajar kompetensi Dasar Mencipta Lagu Melalui Model Pembelajaran metode permainan sensasi Siklus I dan Siklus II
No
Nilai Rata-Rata/
Persentase Ketuntasan
Prasiklus
Siklus I
Kenaikan
Prasiklus-Siklus I
Siklus II
Kenaikan
Siklus I-Siklus II
1.
Nilai rata-rata
55,14
(Kategori Kurang)
63,43 (Kategori Cukup)
8,29 atau
15,03%
78,95
(Kategori Baik)
15,52 atau 24,47 %
2.
Persentase ketuntasan
0%
33,33%
33,33%
100%
66,67%
Sumber:  Data Olahan Peneliti
            Nilai rata-rata pada siklus I sebesar 63,43 dengan kategori cukup. Dengan demikian nilai rata-rata dari tahap prasiklus ke tahap siklus I mengalami kenaikan sebesar 8,29 atau 15,03%. Sedangkan ketuntasan pada siklus I hanya 33,33%, artinya belum mencapai target yang ditetapka dalam penelitian ini,  yaitu 65 % dari seluruh peserta didik harus mencapai nilai sesuai kriteria ketuntasan minimal (KKM) Seni budaya yang ditetapkan di SMA Negeri 2 Sukoharjo, yaitu 75. Oleh karena itu, perlu diadakan tindakan lanjutan pada siklus II sebagai perbaikan dari siklus I.
            Pada tahap pembelajaran siklus II, segala kekurangan dan kelemahan pada siklus I diperbaiki. Berbagai perbaikan pada siklus II tersebut telah diuraikan pada peningkatan proses pembelajaran di atas. Perbaikan proses pembelajaran tersebut mengakibatkan hasil belajar siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Nilai rata-rata hasil belajar siklus II sebesar 78,95 dengan kategori baik. Dengan demikian nilai rata-rata dari tahap siklus I mengalami kenaikan sebesar 15,52 atau 24,47%. Sedangkan ketuntasan pada siklus II ini 100% dari seluruh peserta didik, artinya sudah mencapai target yang ditetapkan. Oleh karena itu, tidak diperlukan lagi tindakan lanjutan.
Tabel 3. Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Mencipta lagu Melalui Model Pembelajaran  Dengan metode permainan sensasi Berbantu Kartu Bergambar Pada Tiap Aspek Penilaian
No
Aspek Penilaian
Rata-Rata
Bobot Skor
Kenaikan Bobot Skor Siklus I-Siklus II
Rata-Rata Nilai
Kenaikan Rata-Rata Nilai Siklus I-Siklus II
Siklus I
Siklus II
Siklus I
Siklus II
1.
Motif
13,98
(B)
18,5
(SB)
4,52
(19,74%)
69,76
(C)
92,5
(SB)
22,74
(19,73)
2.
Syair
13
(B)
15,57
(SB)
2,57
(59,37%)
65
(C)
77,83
(B)
12,83
(59,38%)
3.
Melodi
22,2
(B)
23,02
(SB)
0,82
(25,11%)
74
(B)
76,72
(B)
2,72
(25,03%)
4.
Harmoni
20,25
(B)
26,25
(SB)
6
(29,63%)
67,5
(C)
87,5
(SB)
20
(29,62%)
Sumber:  Data Olahan Peneliti
            Rata-rata bobot skor berdasarkan aspek penilaian motif sebesar 13,98 dengan kategori baik. Sedangkan rata-rata nilai hanya 69,76 dengan kategori cukup. Dengan demikian perlu tindakan lanjutan untuk mencapai target yang ditentukan dalam penelitian ini, yaitu rata-rata nilai pada tiap aspek penilaian minimal 75. Saat siklus II, gaya mengajar guru dalam melakukan appersepsi dan pembekalan materi dilakukan dengan komunikatif, serius tapi santai. Perbaikan tindakan dalam proses pembelajaran tersebut menyebabkan peserta didik semakin memahami istilah-istilah dalam kompetensi dasar mencipta lagu sehingga berkarya cipta lagunya semakin baik. Rata-rata bobot skor pada siklus II menjadi 18,5 berkategori sangat baik. Rata-rata nilainya menjadi 92,9, berkategori baik. Berarti, rata-rata bobot skor dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 22,74. Rata-rata nilai dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 22,74. Dari hasil tersebut, ternyata perbaikan gaya mengajar dalam appersepsi dan pembekalan materi yang disampaikan guru sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar pada aspek penilaian motif.
            Rata-rata bobot skor pada aspek penilaian syair dalam mecipta lagu pada siklus II sebesar 15,57 berkategori sangat baik. Sedangkan, rata-rata nilainya sebesar 77,83 berkategori baik. Berarti, rata-rata bobot skor dari siklus I ke siklus II pada aspek penilian syair mengalami kenaikan sebesar 2,57. Rata-rata nilai dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 12,83. Dengan demikian, penambahan waktu ketika mencipta lagu di akhir pembelajaran sangat efektif dalam menaikan hasil belajar pada aspek penilaian syair.
            Pada siklus I, rata-rata bobot skor pada aspek penilaian melodi sebesar 22,2 dengan kategori baik. Rata-rata nilainya 74 dengan kategori cukup. Dari hasil tersebut perlu dilakukan tindakan lanjutan agar hasil di siklus II mencapai yang ditargetkan peneliti. Berdasarkan refleksi siklus I, metode permainan sensasi peserta didik tidak sama. Pada siklus I masing-masing peserta didik mengeluarkan pendapat hanya berupa kata. Pada siklus II, peserta didik mengerluarkan mendapat atau ide setelah mendapat bola berupa kalimat. Perbaikan ini ternyata sangat efektif. Peserta didik nampak bersemangat mencipta lagu dengan kreatifitas syair sendiri tanpa mencontoh dari lagu yang telah ada. Pada saat praktek mendemontrasikan karya cipta lagunya ke depan kelas, peserta didik nampak lebih siap,berani, dan percaya diri dengan kreatifitas syair sendiri. Hal ini terbukti dengan meningkatnya hasil karya cipta lagu siklus II pada aspek penilaian penggunaan kreatifitas syair dalam mencipta lagu. Rata-rata bobot skor siklus II pada aspek penilaian melodi sebesar 22,2 dengan kategori sangat baik. Nilai rata-rata sebesar 76,72 dengan kategori baik. Dari data tersebut dapat kita analisis bahwa telah terjadi kenaikan hasil cipta lagu pada aspek penilaian melodi, baik dalam bobot skor maupun nilai. Berarti, rata-rata bobot skor dari siklus I ke siklus II pada aspek penilaian melodi mengalami kenaikan sebesar 0,82. Rata-rata nilai dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 2,72. Dengan demikian, penggunaan metode permainan sensasi media kartu, bola tenis, dan alat musik sangat efektif dalam menaikan hasil belajar pada aspek penilaian melodi.
            Pada aspek penilaian melodi dalam mencipta lagu, ketika siklus I rata-rata bobot skornya sebesar 22,2dengan kategori cukup. Sedangkan rata-rata nilainya 74 dengan kategori cukup. Hasil tersebut belum mencapai yang ditargetkan dalam penelitian ini, yakni tiap aspek penilaian minimal mendapat rata-rata nilai minimal75. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan pada siklus II. Sebelum tes di akhir pembelajaran siklus II dimulai, guru mengingatkan peserta didik untuk tidak ragu-ragu dalam mencipta lagu, dalam penyusunan bahasa merangkai kata peserta didik yang masih belum jelas, akan diperbaiki oleh guru, sebagai sarana pembelajaran bagi peserta didik. agar tidak melakukan kesalahan yang sama pada pembelajaran yang lain. Cara sederhana seperti itu ternyata cukup efektif dalam meningkatkan hasil tes berdasarkan aspek penilaian melodi. Pada siklus II, rata-rata bobot skor pada aspek penilaian melodi, sebesar 23,02berkategori baik. Sedangkan rata-rata nilainya sebesar 76,72berkategori baik. Data di atas dapat kita analisis sebagai berikut, rata-rata bobot skor dari siklus I ke siklus II pada aspek penilaian melodi mengalami kenaikan sebesar 0,82. Rata-rata nilai dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 2,72. Dengan demikian, perbaikan yang dilakukan pada pembelajaran siklus II sangat efektif dalam menaikan hasil belajar pada aspek penilaian melodi.
            Waktu tes mencipta lagu di akhir pembelajaran siklus yang hanya 20 menit, ternyata tidak hanya berpengaruh terhadap hasil belajar pada aspek penilaian syair dalam mencipta lagu, berpengaruh juga terhadap hasil tes pada aspek penilaian harmoni. Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik, diperoleh keterangan bahwa, waktu tes terlalu sedikit, sehingga peserta didik menjawab soal mencipta lagu dengan terburu-buru. Harmoninya pun seadanya, tidak terfikir oleh peserta didik harmoninya tersebut akan selaras atau tidak saat penilaian. Pada siklus I, hasil tes berdasarkan harmoni rata-rata bobot skornya 20,25dengan kategori baik. Sedangkan rata-rata nilainya 67,5 berkategori cukup. Hasil belajar tersebut masih belum mencapai target yang ditetapkan dalam penelitian ini. Rata-rata nilai berdasarkan kelima aspek penilaian minimal 75. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan yang harus dilakukan di siklus II. Waktu tes di siklus II ditambah 5 menit, dari 15 menit saat siklus I menjadi 20 menit saat siklus II. Pada siklus II, rata-rata nilainya menjadi 87,5 berkategori sangat baik. Dari hasil tersebut terbukti bahwa perbaikan yang dilakukan pada siklus II efektif dalam meningkatkan hasil belajar pada aspek penilaian harmoni. Peningkatan  rata-rata bobot skor hasil belajar pada aspek harmoni dari siklus I ke siklus II sebesar 6 dengan kategori sangat baik, sedangkan kenaikan rata-rata nilainya adalah 20 atau 29,63% dengan kategori sangat baik.
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil belajar kompetensi dasar mencipta lagu melalui pembelajaran metode permainan sensasi dengan media kartu, bola tenis, dan alat musik pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012-2013 mengalami peningkatan. Pada siklus I, nilai rata-rata peserta didik mengalami kenaikan sebesar 8,29 atau 15,03% menjadi sebesar 63,43 dan berada dalam kategori cukup. Sedangkan ketuntasan belajar peserta didik sebanyak 33,33%. Setelah dilakukan tindakan siklus II, nilai rata-rata peserta didik mengalami kenaikan sebesar 15,52 atau 24,47% menjadi sebesar 81,50 dan berada dalam kategori baik. Sedangkan ketuntasan belajar peserta didik sebanyak 100%.
Saran
Berdasarkan pada kesimpulan pada penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) Guru mata pelajaran seni budaya hendaknya menggunakan pembelajaran metode permainan sensasi dengan media kartu, bola tenis, dan alat musik. Pembelajaran metode permainan sensasi dengan media kartu, bola tenis, dan alat music terbukti dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada kompetensi dasar mencipta lagu. (2) Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat membantu guru dalam memecahkan masalah yang sering muncul dalam proses pembelajaran sehingga berdampak positif bagi perkembangan pendidikan yang lebih berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA
Husodo, Sri, 2007. Peningkatan Kreativitas Siswa Melalui Permainan Cipta Lagu dalam Pembelajaran  Seni Budaya di SMP Nasima Semarang. Skripsi  UNNES.

Kartono dkk, 2007.Kreasi Seni Budaya. Ganeca Exact: Jakarta

Satria, lalu,  2009. Implementasi strategi pembelajaran ‘regu safari picu sensasi’ untuk meningkatkan perhatian dan keberanian berpendapat siswa dalam pembelajaran IPS terpadu di kelas VIII F SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun pelajaran 2009”. PTK UMS.

Setiawati, Rahmida. 2006. Kompetensi sebagai Basis Pendidikan Seni,
Jurnal Harmonia Volume VII. Semarang : FPBS UNNES

Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: CV Widyakarya.

Sugiyanto,2004. Berkarya Musik Kesenian. Jakarta : Erlangga

Sukarman, Herry 2003. Dasar-dasar dikdaktik & Pembelajaran .Jakarta :
Direktorat kependidikan .

Tyas H.A, 2007. Seni Musik untuk SMA. Jakarta: Erlangga