PENINGKATAN
KEMAMPUAN MENCIPTA LAGU
MELALUI
METODE PERMAINAN SENSASI
PADA
PESERTA DIDIK KELAS XI BAHASA SMA N 2 SUKOHARJO
SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Amung
Wiweko *)
Subiantoro
**)
Seni
Budaya (Seni Musik)
Abstrak : Masalah yang diangkat pada penelitian ini rendahnya hasil belajar seni budaya peserta
didik kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012-2013. Pembelajaran
mengalami hambatan karena peserta didik kurang tertarik dan kurang berani
mengeluarkan ide atau gagasan dalam berkarya cipta lagu. Hambatan yang lain
adalah guru masih menggunakan metode ceramah. Untuk mengatasi hal tersebut
digunakan metode permainan sensasi dengan media kartu, bola tenis, dan alat
music. Hasil belajar siklus I rata-rata 63,43 dan siklus ii memperoleh
rata-rata 81,50. Jadi ada peningkatan 18,07 atau 28, 48%.
Kata kunci:
kompetensi mencipta lagu, metode permainan sensasi, media kartu, bola tenis,
dan alat music.
Abstrac: The issues
raised in the study of art and culture to low learning outcomes of students in class XI SMA N
2 Sukoharjo Language
Academic Year 2012-2013. Experiencing barriers to learning because students are less interested and less
brave out the work
or ideas of song. Another obstacle is
that teachers still
use the lecture method. To overcome this, the method is used with a media card
game sensation, tennis
balls, and music
equipment. I learned
the results of the average cycle and cycle ii gained 63.43 average 81.50. So
there is an increase in 18.07 or 28, 48%.
Keywords: competence creating songs, game sensation methods, media cards, tennis balls, and music equipment.
Keywords: competence creating songs, game sensation methods, media cards, tennis balls, and music equipment.
* guru seni budaya
** pembimbing dari LPMP
PENDAHULUAN
Mencipta lagu tidak hanya bermanfaat pada pembelajaran
di sekolah, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Melalui mencipta lagu,
peserta didik tidak hanya mampu mengembangkan kemampuan komunikasi secara
tulisan tetapi juga melatih kepekaan sosial yang tinggi. Melalui mencipta lagu
jugalah paserta didik dapat mengungkapkan perasaan dalam wujud ekspresi estetis
yang berhubungan dengan rasa yaitu senang, kagum, rasa sedih, rasa resah, rasa
kasih sayang dan cinta.
Berdasarkan pada kompetensi mengembangkan gagasan
kreatif serta merancang karya musik non tradisional, yang khususnya dalam merancang
itu didalamnya yaitu mencipta lagu. Mencipta lagu tersebut materi yang ingin di
capai oleh peneliti. Indikator tersebut digunakan sebagai tolak ukur kemampuan
peserta didik. Pada kompetensi dasar di atas terdapat tiga indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik. Kompetensi dasar tersebut
akan dapat tercapai dengan baik apabila peserta didik telah memenuhi
indikator-indikator yang harus dicapai antara lain meliputi, (1) mampu
mendiskripsikan tehnik merancang karya musik non tradisional, (2) mampu
menjelaskan prosedur dan materi yang digunakan, dan (3) mampu mendemontrasikan
bernyanyi dan bermain alat musik lagu dari hasil kreasi secara perorangan atau
kelompok.
Berdasarkan hasil observasi awal peserta
didik di SMA N 2 Sukoharjo tahun pelajaran 2012/2013 penulis menghadapi
hambatan pembelajaran. Kenyataan ini dapat dilihat bahwa kreativitas peserta
didik terhadap pembelajaran berkreasi khusunya mencipta lagu semakin kurang. Dalam
hal ini peneliti tertarik untuk mengaji pembelajaran berkreasi mencipta lagu
karena kompetensi mengembangkan gagasan kreatif serta merancang karya musik non
tradisional peserta didik masih rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti
memberikan solusi dengan menggunakan model pembelajaran permainan sensasi
dengan media kartu, bola tenis, dan alat music.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian
ini adalah (1) bagaimanakah proses pembelajaran , ( 2) bagaimanakah hasil
belajar, melalui metode permainan sensasi dengan media kartu, bola tenis, dan
alat msuik pada peserta didik kelas XI
Bahasa SMA N 2 Sukoharjo semester 2tahun ajaran 2012/1013. Tujuan
penelitian ini (1) mendiskripsikan proses pembelajara, (2) mendiskripsikan
hasil belajar melalui metode permainan
sensasi dengan media kartu, bola tenis, dan alat musik pada peserta didik kelas
XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo semester 2
tahun ajaran 2012/1013.
LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Hasil
penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik penelitian ini yaitu
penelitian yang meningkatkan keterampilan mencipta lagu yang akan dijadikan
sebagai kajian pustaka dalam penelitian. Husodo (2007) dalam penelitiannya yang
berjudul “PENINGKATAN KREATIVITAS PESERTA DIDIK MELALUI PERMAINAN CIPTA LAGU
DALAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DI SMP NASIMA SEMARANG” mengkaji Teknik permainan
cipta lagu sebagai upaya untuk meningkatkan kreativitas peserta didik dalam
mencipta lagu, metode permaianan diterapkan pada anak usia sekolah menengah
atas.Ekan (2009) dalam penelitiannya
berjudul “Implementasi strategi pembelajaran ‘regu safari picu sensasi’ untuk
meningkatkan perhatian dan keberanian berpendapat siswa dalam pembelajaran IPS
terpadu di kelas VIII F SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun pelajaran 2009”.
Berdasar kajian
pustaka tersebut, penelitian pada kompetensi dasar mencipta lagu dengan metode permainan sensasi media kartu,
bola tenis dan alat music belum pernah dilakukan. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk menggunakanmetode permainan sensasi media kartu, bola tenis dan
alat musicpada peserta didik kelas
XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo semester 2
tahun ajaran 2012/1013.
Landasan teori yang digunakan dlam
penelitian ini antara lain: hal-hal khusus yang perlu diperhatikan dalam
mencipta lagu, hal-hal umum yang perlu diperhatikan dalam mencipta lagu, permainan
sensasi, media kartu, bola tenis, dan alat music, proses belajar, hasil
belajar, kompetensi mencipta lagu.Kartono
(2007: 184) menjelaskan cara membuat sebuah karya seni musik yang baik harus
memperhatikan beberapa faktor, tahapan, dan teknik dalam berkarya musik. Dalam Sukarman, (2004:24) cara membangkitkan minat peserta didik antara
lain gunakan berbagaimetode pembelajaran seperti diskusi, kerja kelompok, demontrasi,
kegiatandiluar kelas, permainan, kuis dsb.
Bentuk permainanya adalah (1) dengan membagikan
kartu cipta lagu secara acak ke seluruh peserta didik, peserta didik berkumpul
menurut warna dan diberi satu bola tenis. (2) Dalam setiap warna ada perintah
yang harus dikerjakan yaitu membuat atau menentukan tema lagu.(3) teknik
mengerjakan secara kelompok, peserta didik yang mendapat bola terlebih dahulu
menyebutkan syair atau melodinya kemudian baru ditulis kemudian bola dilempar
ke teman; (4) teman yang lain harus siap karena pemegang bola boleh bebas
memilih melempar siapa saja dalam kelompoknya, peserta didik yang mendapat bola
melanjutkan syair dari temannya tadi yang harus ada hubungannya dengan syair
sebelumnya; (5) Guru meramu ide dari peserta didik baik dari segi motif, melodi
dan syair; (6) Guru mencoba hasil ide dari peserta didik yang telah diramu; (7)
Apabila sudah harmonis proses pembuatan lagu bisa dilanjutkan kebait
berikutnya.(8) Agar variatif kartu
dikocok lagi untuk membuat kelompok yang baru.
Permainan merupakan kegiatan yang menyenangkan
hati dengan menggunakan alat atau tidak. Pada dasarnya manusia senang dengan
segala bentuk permainan, ini dibuktikan ketika masih balita (bawah lima tahun) segala
aktivitas, segala sesuatu adalah permainan. Maka permainan adalah metode yang
menarik untuk mencapai tujuan.
Cipta lagu adalah proses terbentuknya lagu
baru. Lagu tersebut dapat dinikmati oleh orang lain baik secara subyektif
maupun obyektif. Menciptakan suatu lagu merupakan profesi seorang composser
sebagai perwujudan aktivitas batinya agar karya tersebut dapat diapresiasi oleh
orang lain. Oleh karena itu menciptakan sebuah lagu baru adalah tidak mudah
bagi peserta didik, karena ada beberapa kompetensi yang harus dimilikioleh peserta didik. Kompetensi tersebut antara
lain meliputi kemampuan membuat syair, kemampuan membuat motif, kemampuan
membuat melodi dan kemampuan menyusun secara harmonis.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah meningkatnya
kemampuan mencipta lagu dengan metode permainan sensasi dan media bola tenis,
kartu, dan alat musikpada peserta didik kelas XI Bahasa SMA N 2 Sukoharjo semester 2 tahun
ajaran 2012/1013.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, siklus I dan
siklus II. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta
didik kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Sukoharjo
semester 2 Tahun Pelajaran 2012-2013. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penerapan pembelajaran metode permainan sensasi
dengan media kartu, bola tenis, dan alat musik dan peningkatan kompetensi kemampuan mencipta lagu. Pengambilan
data dilakukan dengan tes dan nontes. Alat pengambilan data tes dengan
menggunakan tes praktek di akhir
pembelajaran. Data nontes dengan menggunakan jurnal harian guru, jurnal harian
peserta didik, observasi cheklist, wawancara, dokumentasi foto. Teknik analisis
menggunakan teknik kuantitatif dan kualitatif.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil
penelitian penerapan pembelajaran metode permaianan sensasi dengan media kartu,
bola tenis, dan alat musik ini mendiskripsikan mengenai proses belajar dan
hasil belajar.
Pendeskripsian proses belajar diuraikan dari
aspek kemampuan peningkatan mencipta lagu peserta didik terhadap kompetensi dasar mengembangkan gagasan kreatif merancang music nontradisional, perhatian peserta didik terhadap penjelasan
guru, keaktifan, dan kerjasama peserta didik dalam proses mencipta lagu. Proses belajar ini dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Perbaikan yang dilakukan pada
siklus II menyebabkan proses pembelajaran kompetensi dasar mencipta lagu
berlangsung dengan lancar dan mengalami peningkatan.
Tabel 1. Hasil Belajar Kompetensi
Dasar Mencipta lagu Siklus I
No
|
Kategori
|
Interval
|
F
|
Bobot Skor
|
Persen
tase (%)
|
Nilai
Rata-Rata
|
Ketunta
San
|
1.
2.
3.
4.
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
85 – 100
75 – 84
60 – 74
0 – 59
|
0
7
10
4
|
0
491,5
653,9
187,4
|
0
33,33
47,61
19,04
|
(1.332,8/21) = 63,46
Kategori Cukup
|
7/21X
100%
= 33,33%
|
Jumlah
|
21
|
1.332.8
|
100
|
63,46
|
33,33
|
Sumber: Data Olahan Peneliti
Pada siklus I, nilai rata-rata peserta didik sebesar
63,43 dan berada dalam kategori cukup. Sedangkan ketuntasan belajar peserta
didik sebanyak 33,33%. Nilai rata-rata dan ketuntasan belajar pada siklus I
belum mencapai batas ketuntasan yang telah ditetapkan oleh peneliti sehingga
dilakukan siklus II.
Tabel 2. Hasil Belajar Kompetensi
Dasar Mencipta lagu Siklus II
No
|
Kategori
|
Interval
|
F
|
Bobot Skor
|
Persen
tase (%)
|
Nilai Rata-Rata
|
Ketuntasan
|
1.
2.
3.
4.
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
85 – 100
75 – 84
60 – 74
0 – 59
|
4
17
0
0
|
372.95
1285
0
0
|
19,04
80,95
0
0
|
(1657,95/21)= 78,95
(Kategori Baik)
|
21/21X100
= 83,33%
|
Jumlah
|
21
|
1657,9
|
100
|
78,95
|
100
|
Sumber: Data
Olahan Peneliti
Setelah dilakukan tindakan siklus II, nilai rata-rata
peserta didik mengalami kenaikan sebesar 15,52 atau 24,47% menjadi sebesar 81,50 dan berada dalam kategori baik.
Sedangkan ketuntasan belajar peserta didik sebanyak 100%. Peningkatan nilai rata-rata
dan ketuntasan belajar tersebut membuktikan keberhasilan pembelajaran
kompetensi dasar mencipta lagu melalui pembelajaran metode permainan sensasi
dengan media kartu, bola tenis, dan alat musik. Peningkatan tersebut
dikarenakan telah dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, penambahan
waktu tes, dan perbaikan pada kesempatan mengeluarkan ide atau gagasan dari
konsentrasi mengemukakan kata menjadi mengemkakan kalimat dalam pembentukan
syair lagu.
Pembahasan
Tabel 1. Peningkatan Proses Belajar Kompetensi Dasar Mencipta
lagu Melalui Pembelajaran Dengan Metode Permainan Sensai Siklus I dan Siklus II
No
|
Aspek Penilaian
Proses Belajar
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Kenaikan Siklus I - II
|
||
Ya (%)
|
Tdk (%)
|
Ya (%)
|
Tdk (%)
|
Ya
(%)
|
||
1.
|
Ketertarikan
peserta didik terhadap kompetensi dasar mencipta lagu
|
61,90
|
38,09
|
95,23
|
4,76
|
33,33
|
2.
|
Perhatian
peserta didik terhadap penjelasan guru
|
42,85
|
57,14
|
90,47
|
9,5
|
47,15
|
3.
|
Keaktifan
peserta didik dalam proses diskusi
|
47,61
|
52,38
|
85,71
|
14,28
|
38,1
|
4.
|
Kerjasama
peserta didik dalam proses diskusi
|
71,42
|
28,57
|
85,71
|
14,28
|
14,29
|
Sumber: Data
Olahan Peneliti
Tabel
1 diatas memaparkan mengenai peningkatan proses pembelajaran pada sikus I
dan siklus II dengan bebarapa aspek penilaian. Salah satu aspek penilaian
tersebut adalah ketertarikan peserta didik terhadap kompetensi dasar mencipta
lagu. Berdasarkan hasil observasi chek list pada siklus I, peserta didik yang
tertarik pada kompetensi dasar mencipta lagu hanya 61,90%, pada siklus II mengalami kenaikan 33,33%. Sehingga peserta didik yang tertarik pada
kompetensi dasar mencipta lagu menjadi 95,23%. Kenaikan pada siklus II tersebut
dikarenakan adanya perubahan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus II.
Mencipta
lagu pada siklus I dan siklus II sama-sama dilakukan pada tahap inti
pembelajaran, yaitu tahap elaborasi. Berdasarkan catatan harian guru, proses
mencipta lagu pada siklus I tidak berjalan sesuai dengan harapan peneliti.
Situasi diskusi “pasif”. Sebagian besar peserta didik tidak konsentrasi ketika mencipta lagu sewaktu gilirannya
mendapatkan bola. Peserta didik hanya menyalin kalimat demi kalimat yang sering didinyanyikan atau didengar pada lagu yang sudah ada. Kondisi seperti ini sama ketika mendemontrasikan hasil karya cipta lagu, situasi berkarya
musik menjadi tidak
“hidup”. Peserta didik yang diberi tugas untuk mendengarkan hasil demontrasicipta lagu masih pada sibuk sendiri mempersiapkan karya
lagunya masing-masing. Berdasarkan observasi chek list, pada siklus I hanya 47,61% yang aktif mengeluarkan
ide dan pendapatnya dalam mencipta lagu. Sedangkan 53,38% tidak aktif dalam mencipta lagu maupun mendemontrasikan hasil karya cipta lagu. Saat siklus II, sebelum mencipta lagu dan mendemontrasikan hasil karya cipta lagu di mulai, guru mengingatkan peserta didik
untuk aktif. Guru pun melarang peserta didik menyalin lagu yang sudah ada atau sudah mendengarnya dalam mencipta lagu. Perbaikan tindakan pada siklus II ini
menyebabkan peningkatan proses belajar pada aspek penilaian keaktifan peserta
didik dalam proses diskusi. Peserta didik yang aktif dalam proses mencipta lagu siklus II sebesar 85,71%. Berarti mengalami kenaikan 38,1% dibandingkan siklus I yang hanya 47,61%.
Proses
pembelajaran pada aspek penilaian kerjasama peserta didik dalam proses mencipta lagu siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan
siklus I. peserta didik yang bekerjasama dalam proses diskusi siklus I hanya 71,42%, pada siklus II meningkat menjadi 85,71%. Berarti mengalami peningkatan sebesar 14,29%. Peningkatan ini disebabkan ada perbaikan yang dilakukan peneliti pada
siklus II. Pada siklus II, guru terus mengingatkan peserta didik untuk tidak
bersikap individualis. Dengan kata lain, peserta didik harus bekerjasama dengan
peserta didik lain yang berada dalam satu kelompok ketika mencipta lagu
Tabel 2. Peningkatan Hasil Belajar kompetensi Dasar Mencipta Lagu Melalui Model Pembelajaran metode permainan
sensasi Siklus I dan Siklus II
No
|
Nilai
Rata-Rata/
Persentase
Ketuntasan
|
Prasiklus
|
Siklus I
|
Kenaikan
Prasiklus-Siklus
I
|
Siklus II
|
Kenaikan
Siklus
I-Siklus II
|
1.
|
Nilai
rata-rata
|
55,14
(Kategori
Kurang)
|
63,43
(Kategori Cukup)
|
8,29 atau
15,03%
|
78,95
(Kategori
Baik)
|
15,52 atau
24,47 %
|
2.
|
Persentase
ketuntasan
|
0%
|
33,33%
|
33,33%
|
100%
|
66,67%
|
Sumber: Data
Olahan Peneliti
Nilai rata-rata pada siklus I sebesar 63,43
dengan kategori cukup. Dengan demikian nilai rata-rata dari tahap prasiklus ke
tahap siklus I mengalami kenaikan sebesar 8,29 atau 15,03%. Sedangkan
ketuntasan pada siklus I hanya 33,33%, artinya belum mencapai target yang
ditetapka dalam penelitian ini, yaitu 65
% dari seluruh peserta didik harus mencapai nilai sesuai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) Seni budaya yang ditetapkan di SMA Negeri 2 Sukoharjo, yaitu 75.
Oleh karena itu, perlu diadakan tindakan lanjutan pada siklus II sebagai
perbaikan dari siklus I.
Pada
tahap pembelajaran siklus II, segala kekurangan dan kelemahan pada siklus I
diperbaiki. Berbagai perbaikan pada siklus II tersebut telah diuraikan pada
peningkatan proses pembelajaran di atas. Perbaikan proses pembelajaran tersebut
mengakibatkan hasil belajar siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan
siklus I. Nilai rata-rata hasil belajar siklus II sebesar 78,95 dengan kategori
baik. Dengan demikian nilai rata-rata dari tahap siklus I mengalami kenaikan
sebesar 15,52 atau 24,47%. Sedangkan ketuntasan pada siklus II ini 100% dari seluruh peserta didik, artinya sudah mencapai target yang
ditetapkan. Oleh karena itu, tidak diperlukan lagi tindakan lanjutan.
Tabel 3. Peningkatan Hasil Belajar Kompetensi
Dasar Mencipta lagu Melalui Model Pembelajaran
Dengan metode permainan sensasi
Berbantu Kartu Bergambar Pada Tiap Aspek Penilaian
No
|
Aspek Penilaian
|
Rata-Rata
Bobot Skor
|
Kenaikan Bobot Skor Siklus I-Siklus II
|
Rata-Rata Nilai
|
Kenaikan Rata-Rata Nilai Siklus I-Siklus II
|
||
Siklus I
|
Siklus II
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||||
1.
|
Motif
|
13,98
(B)
|
18,5
(SB)
|
4,52
(19,74%)
|
69,76
(C)
|
92,5
(SB)
|
22,74
(19,73)
|
2.
|
Syair
|
13
(B)
|
15,57
(SB)
|
2,57
(59,37%)
|
65
(C)
|
77,83
(B)
|
12,83
(59,38%)
|
3.
|
Melodi
|
22,2
(B)
|
23,02
(SB)
|
0,82
(25,11%)
|
74
(B)
|
76,72
(B)
|
2,72
(25,03%)
|
4.
|
Harmoni
|
20,25
(B)
|
26,25
(SB)
|
6
(29,63%)
|
67,5
(C)
|
87,5
(SB)
|
20
(29,62%)
|
Sumber: Data
Olahan Peneliti
Rata-rata
bobot skor berdasarkan aspek penilaian motif sebesar 13,98 dengan kategori baik. Sedangkan rata-rata nilai hanya 69,76 dengan kategori cukup. Dengan demikian perlu tindakan lanjutan untuk
mencapai target yang ditentukan dalam penelitian ini, yaitu rata-rata nilai
pada tiap aspek penilaian minimal 75. Saat siklus II, gaya mengajar guru dalam
melakukan appersepsi dan pembekalan materi dilakukan dengan komunikatif, serius
tapi santai. Perbaikan tindakan dalam proses pembelajaran tersebut menyebabkan
peserta didik semakin memahami istilah-istilah dalam kompetensi dasar mencipta
lagu sehingga berkarya cipta lagunya semakin baik. Rata-rata bobot skor pada siklus II menjadi 18,5 berkategori sangat baik. Rata-rata nilainya menjadi 92,9, berkategori baik. Berarti, rata-rata bobot skor dari siklus I ke siklus
II mengalami kenaikan sebesar 22,74. Rata-rata nilai dari siklus I ke siklus II
mengalami kenaikan sebesar 22,74. Dari hasil tersebut, ternyata perbaikan gaya
mengajar dalam appersepsi dan pembekalan materi yang disampaikan guru sangat
efektif dalam meningkatkan hasil belajar pada aspek penilaian motif.
Rata-rata
bobot skor pada aspek penilaian syair dalam mecipta
lagu pada siklus II
sebesar 15,57 berkategori sangat baik. Sedangkan, rata-rata nilainya sebesar
77,83 berkategori baik. Berarti, rata-rata bobot skor dari siklus I ke siklus
II pada aspek penilian syair mengalami kenaikan sebesar 2,57. Rata-rata nilai dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 12,83. Dengan demikian, penambahan waktu ketika mencipta
lagu di akhir
pembelajaran sangat efektif dalam menaikan hasil belajar pada aspek penilaian
syair.
Pada
siklus I, rata-rata bobot skor pada aspek penilaian melodi sebesar 22,2 dengan kategori baik. Rata-rata nilainya 74 dengan kategori cukup. Dari hasil tersebut perlu dilakukan tindakan lanjutan agar hasil di
siklus II mencapai yang ditargetkan peneliti. Berdasarkan refleksi siklus I, metode permainan sensasi peserta didik tidak sama. Pada
siklus I masing-masing peserta didik mengeluarkan pendapat hanya berupa kata. Pada siklus II, peserta didik mengerluarkan mendapat atau ide setelah mendapat bola berupa
kalimat. Perbaikan ini ternyata sangat efektif. Peserta didik nampak bersemangat mencipta lagu dengan kreatifitas syair sendiri tanpa mencontoh dari lagu yang telah ada. Pada saat praktek
mendemontrasikan karya cipta lagunya ke depan kelas, peserta didik nampak lebih siap,berani, dan percaya diri dengan kreatifitas syair sendiri. Hal ini terbukti
dengan meningkatnya hasil karya cipta
lagu siklus II pada
aspek penilaian penggunaan kreatifitas syair dalam mencipta lagu. Rata-rata bobot skor siklus II pada aspek penilaian
melodi sebesar 22,2 dengan kategori sangat baik. Nilai rata-rata
sebesar 76,72 dengan kategori baik. Dari data tersebut dapat kita analisis
bahwa telah terjadi kenaikan hasil cipta
lagu pada aspek
penilaian melodi, baik dalam bobot skor maupun nilai. Berarti, rata-rata bobot
skor dari siklus I ke siklus II pada aspek penilaian melodi mengalami kenaikan
sebesar 0,82. Rata-rata nilai dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 2,72. Dengan demikian, penggunaan metode
permainan sensasi media kartu, bola tenis, dan alat musik sangat efektif dalam menaikan hasil belajar
pada aspek penilaian melodi.
Pada
aspek penilaian melodi dalam mencipta lagu, ketika siklus I rata-rata bobot skornya sebesar
22,2dengan kategori cukup. Sedangkan rata-rata nilainya 74 dengan
kategori cukup. Hasil tersebut belum mencapai yang ditargetkan dalam penelitian
ini, yakni tiap aspek penilaian minimal mendapat rata-rata nilai minimal75.
Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan pada siklus II. Sebelum tes di akhir
pembelajaran siklus II dimulai, guru mengingatkan peserta didik untuk tidak
ragu-ragu dalam mencipta lagu, dalam penyusunan bahasa merangkai kata peserta
didik yang masih belum jelas, akan diperbaiki oleh guru, sebagai sarana
pembelajaran bagi peserta didik. agar tidak melakukan kesalahan yang sama pada
pembelajaran yang lain. Cara sederhana seperti itu ternyata cukup efektif dalam
meningkatkan hasil tes berdasarkan aspek penilaian melodi. Pada siklus II,
rata-rata bobot skor pada aspek penilaian melodi, sebesar
23,02berkategori baik. Sedangkan rata-rata nilainya sebesar 76,72berkategori baik. Data di atas dapat kita analisis sebagai
berikut, rata-rata bobot skor dari siklus I ke siklus II pada aspek penilaian melodi mengalami kenaikan sebesar 0,82. Rata-rata nilai dari siklus I ke siklus II
mengalami kenaikan sebesar 2,72. Dengan demikian, perbaikan yang dilakukan
pada pembelajaran siklus II sangat efektif dalam menaikan hasil belajar pada
aspek penilaian melodi.
Waktu
tes mencipta lagu di akhir pembelajaran siklus yang hanya 20 menit, ternyata
tidak hanya berpengaruh terhadap hasil belajar pada aspek penilaian syair dalam
mencipta lagu, berpengaruh juga terhadap hasil tes pada aspek penilaian
harmoni. Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik, diperoleh keterangan
bahwa, waktu tes terlalu sedikit, sehingga peserta didik menjawab soal mencipta lagu dengan terburu-buru. Harmoninya pun seadanya, tidak
terfikir oleh peserta didik harmoninya tersebut akan selaras atau tidak saat
penilaian. Pada siklus I, hasil tes berdasarkan harmoni rata-rata bobot skornya 20,25dengan kategori baik. Sedangkan rata-rata
nilainya 67,5 berkategori cukup. Hasil belajar tersebut masih belum mencapai
target yang ditetapkan dalam penelitian ini. Rata-rata nilai berdasarkan kelima
aspek penilaian minimal 75. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan yang harus
dilakukan di siklus II. Waktu tes di siklus II ditambah 5 menit, dari 15 menit saat siklus I menjadi 20 menit saat siklus II. Pada siklus II, rata-rata nilainya menjadi 87,5 berkategori sangat baik. Dari hasil tersebut
terbukti bahwa perbaikan yang dilakukan pada siklus II efektif dalam
meningkatkan hasil belajar pada aspek penilaian harmoni. Peningkatan rata-rata bobot skor hasil belajar pada aspek
harmoni dari siklus I ke siklus II sebesar 6 dengan kategori sangat baik, sedangkan
kenaikan rata-rata nilainya adalah 20 atau 29,63% dengan kategori sangat baik.
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil belajar kompetensi dasar mencipta lagu melalui
pembelajaran metode permainan sensasi dengan media kartu, bola tenis, dan alat
musik pada siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012-2013 mengalami peningkatan.
Pada siklus I, nilai rata-rata peserta didik mengalami
kenaikan sebesar 8,29 atau 15,03% menjadi sebesar 63,43 dan berada dalam
kategori cukup. Sedangkan ketuntasan belajar peserta didik sebanyak 33,33%. Setelah
dilakukan tindakan siklus II, nilai rata-rata peserta didik mengalami kenaikan
sebesar 15,52 atau 24,47% menjadi sebesar 81,50 dan berada dalam kategori baik.
Sedangkan ketuntasan belajar peserta didik sebanyak 100%.
Saran
Berdasarkan pada kesimpulan pada penelitian tersebut, maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut: (1) Guru mata pelajaran seni
budaya hendaknya
menggunakan pembelajaran metode
permainan sensasi dengan media kartu, bola tenis, dan alat musik. Pembelajaran metode
permainan sensasi dengan media kartu, bola tenis, dan alat music terbukti dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik pada kompetensi dasar mencipta
lagu. (2) Hasil penelitian
tersebut diharapkan dapat membantu guru dalam memecahkan masalah yang sering
muncul dalam proses pembelajaran sehingga berdampak positif bagi perkembangan
pendidikan yang lebih berkualitas.
DAFTAR
PUSTAKA
Husodo, Sri, 2007. Peningkatan Kreativitas Siswa Melalui
Permainan Cipta Lagu dalam Pembelajaran
Seni Budaya di SMP Nasima Semarang. Skripsi UNNES.
Kartono
dkk, 2007.Kreasi Seni Budaya. Ganeca
Exact: Jakarta
Satria,
lalu, 2009. Implementasi strategi
pembelajaran ‘regu safari picu sensasi’ untuk meningkatkan perhatian dan
keberanian berpendapat siswa dalam pembelajaran IPS terpadu di kelas VIII F SMP
Muhammadiyah 5 Surakarta tahun pelajaran 2009”. PTK UMS.
Setiawati, Rahmida. 2006. Kompetensi
sebagai Basis Pendidikan Seni,
Jurnal
Harmonia Volume VII. Semarang : FPBS UNNES
Subyantoro. 2009. Penelitian Tindakan
Kelas. Semarang: CV Widyakarya.
Sugiyanto,2004. Berkarya
Musik Kesenian. Jakarta : Erlangga
Sukarman, Herry 2003. Dasar-dasar dikdaktik
& Pembelajaran .Jakarta :
Direktorat
kependidikan .
Tyas
H.A, 2007. Seni Musik untuk SMA.
Jakarta: Erlangga